Umrah plus Turki 2018 - Perjalanan Memperbarui Diri

Labbaik allahumma labbaik..
Alhamdulillah, Allah telah memanggilku menuju baitullah. Tak pernah terbayang sebelumnya aku menunaikan ibadah umrah untuk pertama kalinya di tahun ini. Inginku aku bisa beribadah ke tanah suci setelah menikah nanti. Tapi, apa salahnya aku pergi sekarang? Mumpung ada kesempatan, mumpung masih diberikan umur dan kekuatan. Bismillah aku berangkat..

Umrah memang ibadah sunnah tapi sangat dianjurkan bagi yang telah mampu meskipun belum melaksanakan ibadah haji. Umrah atau haji kecil merupakan salah satu ibadah yang membutuhkan tenaga yang cukup. Bagi siapa saja yang sekiranya mampu untuk melaksanakannya maka kerjakanlah. Karena itu kita harus berusaha memantaskan diri, mencoba baik dari segi finansial dan fisik. Karena pasti setiap umat muslim ingin mengunjungi rumah Allah dimana berbagai amalan akan dilipatgandakan. Siapa yang tak mau?

Ibarat kita dipanggil untuk menghadap atasan maka pasti akan mempersiapkan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya. Nah, umrah ini justru panggilan Tuhan maka sebaiknya kita pun mempersiapkan diri sebaik mungkin. Mulai dari perbaikan diri. Mencoba lebih sabar, pasrah, ikhlas dan perbaikan dari segi ibadah. Yang mungkin sholat masih belum sempurna sesegera mungkin diperbaiki. Sepatutnya kita layak untuk mengunjungi tanah haram.

Jujur, kesiapan-kesiapan seperti itu belum cukup kulakukan. Malah hari-hari menjelang keberangkatan banyak hal yang harus kuselesaikan dan ada sedikit musibah yang cukup membuatku sedih. Tapi aku berusaha sabar dan mencoba berpikir bahwa ini ujian hidup pasti akan ada kapanpun tanpa diduga. Rasanya tak adil bila kita diberikan terus-terusan diberi kenikmatan tanpa diuji bukan?

Memilih biro perjalanan yang baik adalah awal penentu perjalanan spiritual ini akan lancar atau tidak. Beruntung aku mempercayakan perjalanan spiritual kali ini kepada Tima Wisata. Dimana aku mengambil paket umrah plus Turki selama 2 hari. Sempat khawatir setelah akhir-akhir ini banyak kasus penipuan travel. Terlebih banyak teman-teman kantorku yang menjadi korbannya. Tapi saat aku mendaftarkan diri di Tima rasanya tenang aja. Ga ada pikiran mereka bakal "aneh-aneh". Alhamdulillah

Sempat ada yang memandang sebelah mata perjalananku kali ini akan lancar. Bahkan ada yang meragukan apakah benar umrah+turki bisa sekian harganya jauh lebih murah dibanding harga biasanya? Aku hanya bisa tersenyum walau kadang aku juga kesel. Tapi kembali lagi bagaimana kita menyikapi tanggapan orang. Biarkan saja mereka memiliki pemikiran lain asalkan kita teguh dan yakin bahwa semua ini benar dan percaya Allah akan bantu semua akan baik-baik saja.

Seminggu sebelum keberangkatan tak seperti biasanya aku sudah siap packing. Jujur akibat beberapa masalah yang membuatku kalut membuat mood terganggu. Sampai teman dan keluarga yang mendukung selalu mengingatkan agar segera bersiap. Aku harus bisa ikhlas dan semangat menjalani ibadah yang aku sendiri tak akan tahu apakah bisa terulang lagi di hidupku nanti.



Alhamdulillah saat aku belanja berbagai kebutuhan perjalanan umrah aku menemukan paket haji dari Wardah. Mengingat saat kita berikhram nanti kita tak diperbolehkan memakai parfum maka aku memberi rangkaian perawatan haji non parfume.

Malam hari di tanggal 8 Februari 2018 pukul 21.30 aku berangkat menuju Istanbul. Suhu kedatangan disana tepat di 9 derajat. Masih dingin dan aku baru saja sembuh dari flu yang sempat menyerang seminggu lalu. Suhu ini masih bisa dibilang lebih hangat dibanding suhu saat aku di Korea lalu yang mencapai minus 3 derajat celsius. Tempat kunjungan pertama kami adalah Topkapi Sarayi. Dimana kompleks peninggalan masa kejayaan Turki yang penuh histori islami.
Topkapi, dibangun tahun 1470, adalah istana terbesar di Istanbul. Istana ini dibangun pada masa Sultan Mehmet, salah satu pemimpin Dinasti Usmaniyah, dengan luas 700.000 meter persegi. Pada 1924, istana ini diubah fungsi menjadi museum atas permintaan tokoh kenamaan Turki yakni Mustafa Kemal Ataturk.

Seluruh bagian Istana Topkapi bisa dimasuki wisatawan, kecuali The Harem. Ini adalah tempat yang dulu jadi tempat tinggal keluarga kerajaan. Ada 400 kamar yang tersebar mengelilingi taman.Tapi selain itu, turis bebas masuk ke istana luas dan megah ini. Ada sebuah ruangan yang khusus menyimpan senjata, yang dulu pernah digunakan oleh para Sultan dan prajuritnya. Ada juga ribuan kostum Sultan buatan tangan peninggalan abad ke-15. Salah satu ruangan menyimpan harta karun berupa perhiasan. Beragam batu mulia, emas, dan perhiasan dari Timur Tengah, India, dan Eropa dipajang di ruangan ini. Namun harta karun tak ternilai yang sangat penting bagi umat Islam berada di ruangan lainnya.
Di salah satu ruangan berkubah, terdapat pedang dan jubah Nabi Muhammad SAW. Jubah tersebut disimpan apik dalam kotak emas. Tak hanya itu, wisatawan juga bisa melihat potongan jenggot Nabi Muhammad SAW, jejak kakinya, dan sebuah surat kuno.
Di ruangan yang sama, traveler juga bisa melihat salah satu manuskrip Al-Qur'an tertua di dunia. Semuanya tersimpan baik dan masih terjaga keutuhannya sampai sekarang.




Di sekeliling istana Topkapi, tampak selat Bosphorus dan laut Marmara membentang luas. Keindahan masa lalu yang dibalut nuansa alam yang indah membuat siapa saja pengunjung disini akan betah. Sesekali aku melihat beberapa wisatawan Jepang, Korea dan Cina disini.


Selepas mengelilingi istana Topkapi adzan berkumandang. Tepat waktu itu hari Jumat maka kami akan melaksanakan sholat Jumat. Dimana kami akan melaksanakan sholat Jumat di Masjid biru depan Museum Hagia Sophia. Masjid ini disebut masjid biru karena saat cuaca cerah keramik-keramiknya akan memantulkan cahaya biru yang indah. Sederet tempat wudhu berjajar di sisi belakang masjid. Air dingin saat membasuh tak menyurutkan niat para jamaah. Nikmatnya sholat jumat berjamaah disini begitu berkesan. Khutbah Jumat dengan bahasa Turki yang cukup unik yang mungkin tak akan kudengar lagi terasa begitu menyeruak.




Sorenya aku menaiki kapal untuk berlayar mengarungi selat Bosphorus. Banyak peninggalan sejarah Islam yang terlihat di sepanjang aliran laut. Selat ini terkenal karena memisahkan dua benua yaitu Asia dan Eropa. Banyak hal yang bisa disyukuri dari perjalanan hari itu.


Keesokan harinya adalah hari terakhir aku di Turki. Satu tempat yang bersejarah yang dikunjungi adalah Panorama 1453 Tarikh Muzesi. Merupakan museum sejarah Turki yang didirikan untuk memperingati pengepungan Ottoman Konstantinopel pada tanggal 29 Mei 1453 oleh Khalifah Muhammad Al-Fatih atau Sultan Ottoman Mehmet II. Setelah jatuhnya Konstantinopel, Sultan Ottoman Mehmet II pun meraih gelar Fatih (penakluk). Berada di dalam museum ini membuat aku merinding. Hawa panas yang entah sengaja ditimbulkan untuk menghidupkan suasana perang seolah menyambut. Belum lagi efek suara meriam dan kuda perang rasanya takjub sekali.


Tour ini diakhiri dengan mengunjungi Grand Bazaar yaitu kompleks pedagang kaki lima yang menjual berbagai suvenir khas Turki. Banyak pedagang yang fasih berbahasa Indonesia bahkan uang rupiah juga sangat diterima disini.


Tepat saat tiba di Grand Bazaar adzan Ashar berkumandang. Sebelum masuk pasar saya sempatkan mengunjungi masjid di depan pasar. Masya Allah desain interiornya benar-benar klasik khas Eropa.



Puas menjelajah kota Istanbul aku beralih ke Madinah. Bismillah umrah yang menjadi tujuan perjalanan utama akan segera dimulai. Menempuh penerbangan selama 3 jam saya tiba di Madinah. Naik bis menuju hotel Rawdha Inn yang kebetulan tepat di depan pintu 17 Masjid Nabawi. Tepat pukul 4 pagi kami tiba. Meskipun mata dan badan lelah rasanya sayang melewatkan subuh di Nabawi untuk pertama kalinya. Masya Allah kantuk mendadak hilang.


Suasana di Nabawi begitu ramai, rasanya malu bila melewatkan pergantian pagi tanpa mengunjunginya. Sinar matahari di sela-sela payung raksasanya menyapa dengan teduh. Aku terharu, ga nyangka kau berada disini saat ini. Mendengar kumandang adzan yang merdu, melihat lalu lalang jamaah yang tak hentinya bermunajah.

Keesokan harinya tak ada jadwal dari pihak travel hanya aku ingin lebih lama di masjid. Lagi-lagi kondisi badan yang kurang tidur sedikit harus dipaksa agar beranjak dari ranjang. Ibadah umrah harus pintar-pintar mengatur diri agar tak capek sebelum melakukan inti umrah nanti.


Begitu malam datang, pihak travel memfasilitasi bagi jamaah yang ingin mengunjungi Rawdah (salah satu tempat munajab untuk berdoa). Bedanya bagi jamaah perempuan ada jam-jam khusus untuk berkunjung yakni pada pagi hari pukul 9 hingga 11 dan malam hari yaitu pukul 21.30 hingga pukul 23.30. Sementara bagi jamaah pria lebih bebas kapanpun bisa memasuki Rawdah karena Rawdha adalah bagian dari shaf laki-laki. Karena itu malam ini pihak travel menyediakan jasa muthawif yang memandu kami menuju Rawdah. Bismillah, disini kesabaran sangat diuji. Begitu banyak orang ingin masuk tempat yang hanya memiliki luas 144 meter persegi. Tanda bahwa kita telah memasuki area Rawdah adalah karpet yang semula berwarna merah berganti menjadi karpet hijau.

Begitu salah seorang berteriak "karpetnya hijau" sontak air mata jatuh tak terbendung. Teringat beribu dosa yang dilakukan, berjuta hajat yang ingin terkabul. Sholawat rasanya tak terputus berhenti terucap. Sebisa mungkin aku sholat sunnah. Alhamdulillah aku bisa melakukan empat kali sholat sunnah. Semoga Allah dan malaikat mencatatnya Aamiin.

Sepulang dari Rawdah aku masih teringat dengan suasana disana. Rasanya ingin kembali tapi rasanya tak mungkin. Terlalu beresiko bila kesana seorang diri. Semoga doa disana diijabah meskipun hanya bisa sekali berkunjung hanya itu yang kuharap.


Hari selanjutnya aku berkunjung ke masjid Quba dan pasar kurma. Masjid Quba adalah masjid yang pertama kali dibangun oleh Rasulullah setiba di Madinah. Keindahan dan amalan sunnah di masjid Quba tak dapat dilewatkan begitu saja.


Sementara pasar kurma adalah tempat untuk membeli oleh-oleh yang paling diburu yaitu kurma nabi, cokelat dan minyak zaitun. Semua lengkap dan pembeli boleh cicip sepuasnya.

Setelah mengunjungi Madinah keesokannya kami berniat umrah dengan mengambil miqat di Byr Ali. Disini lautan manusia berikhram begitu banyak. Sebelumnya kami diharuskan berwudhu lalu sholat sunnah ikhram dan berniat umrah.




Selama kurang lebih 4 jam kami tiba di Makkah untuk check in hotel dan makam malam. Tepat di pukul 22.30 waktu Saudi kami menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan sholat Maghrib dan Isya lalu bertawaf, sa'i dan tahalul. Alhamdulillah semua lancar. Meski air mata tak henti bercucuran langkah kaki yang memberat tapi niat ibadah yang tak padam terlihat pada semua jamaah. Karena kondisi badan yang tak memungkinkan aku sholat subuh di hotel.


Hari-hari selanjutnya terus dan terus diisi dengan memperbanyak ibadah di masjidil haram. Di malam jumat aku coba naik ke rooftop dan Masya Allah banyak jamaah yang sedang berbuka puasa dan atmosfer disini sangat indah. Sayang aku tak bisa memotret kabah dari sini karena ashkar (penjaga masjid) melarang.


Meskipun hotel berjarak hanya beberapa meter rasanya langkah kaki kadang sulit beranjak. Sayang rasanya melewatkan satu kali saja sholat jamaah tapi kesehatan juga perlu diperhatikan. Temanku sudah tumbang, dia terkena flu dan makin parah hingga batuk. Aku sendiri yang baru sembuh flu tak menutup kemungkinan dapat tertular lagi.

Meski hanya dapat melaksanakan dua kali umrah dengan miqat kedua di Jaronah rasanya aku bersyukur sekali. Mengunjungi Jabbal Tsur, Jabbal Nur, Jabbal Rahmah yang merupakan tempat-tempat yang pernah terjadi peristiwa-peristiwa istimewa rasanya sangat memuaskan.






Bagiku serangkaian ibadah umrah bukan hanya sekedar ritual saja melainkan banyak hal yang kita dapatkan di dalamnya seperti saat kita tawaf rasanya mengingatkan kita bahwa hidup ini terus berputar ada kala kita berdesakkan ada kala kita mudah untuk melangkah. Dan sebagai pusat rotasinya adalah kabah yakni Allah SWT. Sebagaimana bumi berputar dan galaksi yang juga berputar. Hakikatnya kita sebagai manusia hanya dapat bergantung pada satu-satunya tempat bergantung yakni Allah semata.

Lalu sa'i di dalamnya mengandung hakikatnya bahwa kita harus terus berjalan bahkan berlari hingga tujuan hidup ini tercapai. Seperti ibunda Siti Hajar yang terus berusaha mencari sumber air untuk anaknya. Hingga tahalul yaitu mencukur rambut adalah simbol dari meletakkan mahkota seseorang. Artinya, orang tersebut menanggalkan kesombongan yang menjadi seseorang tinggi hati dari orang lain.

Semoga dengan rontoknya ribuan rambut di kepala para jamaah umroh dan haji ketika ia bertahallul, maka rontok juga segala ribuan keangkuhan dan kesombongannya yang akan menjadikannya haji yang tawadlu’ dan rendah diri.

Bagiku sendiri proses demi proses yang dijalani ini memberikan pembaharuan baik bagi diri sendiri maupun bagi jiwa. Aku merenung setelah melakukan tahapan -tahapan ini. Aku berharapa hanya Allah yang berhak mencatat dan menerima semua amalan yang telah dilakukan. Dan berharap aku pulang ke tanah air dalam jiwa yang baru yang lebih lagi dalam beribadah dan bersosialisasi dengan sesama.

Semoga gambaran perjalanan spiritual singkat ini bisa menjadikan kita termotivasi untuk terus memperbaiki diri dan semoga bisa mengambil hikmah di setiap langkah perjalananku ke tanah suci ini bagi siapa saja yang membacanya.

Semoga kita semua adalah hamba-hamba yang terpanggil untuk memenuhi panggilanNya baik itu umrah maupun haji. Dan aku pribadi merasa sangat terbantu dengan Tima Wisata yang telah memfasilitasi segala sarana perjalanan ini. Tour Leader yang cekatan, Muthawif yang handal dengan fasilitas yang sangat memudahkan dan tak satupun mengecewakan rasanya mengambil andil besar dalam perjalanan ini.


Love,

Comments